Hype memang menjadi masalah sekaligus strategi seorang developer dalam melakukan perilisan Game miliknya. Pengelolaan Hype yang sesuai dapat meningkatkan penjualan bahkan pamor game tersebut dikalangan gamer, namun penggembor-gemboran yang pada akhirnya tidak sesuai ekspektasi para gamer justru bisa menjadi backlash yang bisa melukai title game itu sendiri. Nah kali ini ada 10 Game tahun 2018 yang gagal memenuhi Hype/ekspektasi para gamers.
Daftar isi
9. Dynasty Warriors 9
Dynasty Warriors 9 memang sudah membangun hypenya dari lama, release trailer bertubi-tubi, pengumuman karakter, fitur open world yang kaya, bahkan ini menjadi pertama kalinya Dynasty Warriors menjadi sebuah seri game Open-World. Hype yang terbangun tentu cukup besar pula, bagaimana game ini hanya menjadi open-world kosong, dan juga bagaimana Portingan PC yang sangat Buruk membuat game ini sangat mengecewakan para penggemarnya.
8. Metal Gear Survive
Metal Gear Survive menjadi seri Metal Gear milik Konami yang dirasa cukup menghina para fansnya. Dimana banya fans mengharapkan seri Metal Gears yang benar-benra Metal Gears, melainkan Konami nampaknya tak membawa core Metal Gears sendiri, seperti hanya menggunakan namanya saja. Belum lagi microtransaction yang mengharuskan player membeli save state karakter baru, meski harga game sudah 50$. Hal ini tentu sangat mengecewakan para penggemar seri Metal Gears milik Kojima.
7. The Culling 2
Menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi developer lain dalam merilis game. Berkonsep awal battle royale dengan senjata melee, The Culling 2 menawarkan warna serta udara baru bagi pasar battle royale di dunia. Hype pada game ini memang tak seberapa, namun pengelolaan hype mereka yang tak cermat membuat game inin menjadi hancur lebur. Apa yang terjadi? they follow the market, mulai dari merubah konsep secara bar-bar (menghadirkan senjata api) hingga update yang imbalance membuat game ini mendapat banyak kritikan serius serta black campaign.
Pada akhirnya game ini hanya mampu meraih 1-2 player saja untuk aktif bermain game mereka. Hal ini menjadi tamparan keras bagi Xaviant Games sang pengembang, dan mereka akhirnya menarik game mereka dari pasar.
6. Final Fantasy Explorer-Force
Digadang-gadang menjadi game Free to Play Square Enix yang akan menarik perhatian banyak player. Final Fantasy Explorer-Force terus mendapatkan delay hingga akhirnya pada tahun 2018 mereka resmi dirilis. Berharap bisa menjadi sukses, game ini sepertinya tidak mendapat rating yang lumayan wah. In the end mereka mengumumkan akan segera menutup service pada game ini di tahun 2019. What a let down.
5. Fallout 76
Falout 76 merupakan tamparan keras bagi Bethesda dalam merilis seri emas mereka yaitu Fallout. Tidak perlu menunggu hingga rilis Fallout 76 sudah mendapatkan Hypenya semenjak pengumumannya di Twitch.
Dengan mengumumkan seri ini sebagai multiplayer based, Bethesda sebenarnya sudah membuat beberapa fans Fallout series sedikit kecewa. Name hype tersebut bukan hanya tak terjawab, melainkan seri ini menjadi seri Fallout paling mengecewakan. Mendapat review yang kurang sedap dari banyak pihak, akhirnya membuat penjualan Fallout 76 turun 80 persen dan melakukan diskon dalam waktu yang sangat singkat.
4. No Man’s Sky
No Man’s Sky memang bukan game keluaran 2018, namun mereka pantas masuk kedalam topik satu ini. Setelah gagal menjawab Hype dari para fans yang menginginkan game antariksa super besar, No Man’s Sky berusaha menjawab doa player dengan mengusahakan janji lama mereka yaitu mode “Multiplayer”. Reveal tersebut sontak membuat banyak orang bersamsi dan juga kaget, karena No Man’s Sky sendiri telah dianggap sebagai luka akibat kekecewaan terhadap Video Game.
Mode multiplayer yang menjanjikan serta terlihat banyak perbaikan dari segi core gameplay, update No Man’s Sky berjudul “No Man’s Sky Next” kembali menjadi buah bibir para player. Akankah game satu ini berhasil terlahir kembali dan menebus dosa lamanya ?. Sayangnya meski mereka telah berusaha untuk merilis update ini, player sepertinya masih belum puas dan memutuskan bahwa game ini belum menjawab Hype mereka selama ini. Game ini cepat kehilangan playernya hanya dalam waktu dua bulan setelah merilis update tersebut.
3. Realm Royale
Menjadi salah satu developer yang ingin ikut Hype Train genre Batlle Royale, Hi-Rez akhirnya meluncurkan game Batlle Royale milik mereka sendiri. Memiliki asset yang mirip paladins dan juga konsep baru nan segar sepertinya menarik banyak player untuk segera mencoba game ini. Ninja sendiri sempat mencoba game ini. Bulan pertama perilisannya mereka berhasil merekrut 32 Ribu player untuk mencoba dan memainkan game ini.
How did it fails ? update game. Yup banyak orang mencoba game ini dan banyak feedback serta keluhan mengenai bug yang juga turut membanjiri. Namun semua itu tak diimbangi oleh kesigapan developernya dalam merilis update, kehilangan player 97 % dalam kurun waktu 6 bulan harus menjadi bayarannya. Sungguh mengagetkan bagaimana game yang dibicarakan banyak orang di Twitch maupun Facebook bisa hilang secepat itu.
2. Radical Heights
Gagal pada peluncuran game LawBreakers membuat Pemimpin BossKey Production yang dulu dikenal sebagai pencipta Warhammer harus memutar otak sedemikian rupa. Melihat target market yang over-saturated dengan genre Battle Royale mendorong BossKey Production untuk meng-shift timnya demi menggarap game genre Battle Royale baru mereka berjudul Radical Heights.
Industri game memang tidak pernah mulus, belum tentu jalan yang telah dibuka oleh orang lain bisa sukses membawa BossKey Production. Menawarkan konsep unik berwarna ala tahun disko tahun 80an serta Free 2 Play, sepertinya tak mampu menyelamatkan game ini. Memaksanya menutup perusahaan sekaligus mendeklarasikan berakhirnya karir video game miliknya, merupakan pil pahit yang harus ia terima.
1. AGONY
Berjanji menghadirkan Suasana sekaligus pengalaman di Neraka yang tiada dua, Agony memperkenalkan produknya melalui Kickstarter. Akhir 2016 mereka memperkenalkan game mereka dengan mempertunjukan suasana sekaligus gameplay yang sangat meyakinkan. Berani menembus batas-batas industri game yang orang sebut “tabu” mereka mempertontonkan kesadisan, adegan seks, dan masih banyak lagi kegilaan. Tentu para player langsung membangun Hype tanpa butuh waktu yang lama, mereka beraharap dapat menyaksiksan sisksa neraka tanpa perlu berkunjung kesana.
Namun yang mereka dapat justru game Hide and Seek repetitif yang membosankan, grafik muka dan juga animasi yang sangat gak karuan membuat game ini jauh dari kata “menjawab hype fans”. Sensor demi sensor dari konten yang mereka janjikan juga tidak dapat mereka sanggupi. Game ini benar-benar menjadi game yang cukup diantisipasi, namun permasalahan yang menerpa dari industri ini memang pada akhirnya memojokan game ini.
Hype sendiri memang akhirnya menjadi pedang bermata dua. Terkadang sebuah game gagal bukan karena game tersebut buruk ataupun unplayable, namun memang karena ekspektasi yang dibawa banyak orang tidak terjawab oleh game tersebut.